Langgeng Sukma Jaya Berdedikasi Untuk Olah Raga Sumbar. Banyak Karya Tak Banyak Bicara.
BUKITTINGGI, blknnews.com – Di kalangan guru dan pengurus PGRI Kota Bukittinggi, nama Langgeng Sukma Jaya bukan sosok asing. Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) di MAN 2 Bukittinggi ini dikenal rendah hati, aktif berorganisasi, dan konsisten meningkatkan kapasitas diri tanpa banyak kata. Filosofinya sederhana namun kuat: “Padi tumbuh tak berisik.” Ia meyakini bahwa kualitas sejati tidak perlu banyak diumumkan—cukup dibuktikan melalui kerja dan kontribusi nyata.
Keteguhan prinsip itulah yang membawanya kembali dipercaya sebagai anggota Tim Kesehatan Kontingen Sumatera Barat pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Bela Diri II yang akan digelar di Kudus, Jawa Tengah, mulai 10–26 Oktober 2025 mendatang. Bukan kesempatan pertama, Langgeng telah menjadi bagian dari tim kesehatan KONI Sumbar sejak PON Jawa Barat 2016 dan bertahan hingga kini—sembilan tahun pengabdian yang tak banyak diketahui publik, namun diakui oleh para atlet dan pengambil kebijakan olahraga.
“Terima kasih kepada Kepala Madrasah MAN 2 Bukittinggi dan seluruh rekan guru yang selalu memberi dukungan. Kepercayaan ini bukan hanya untuk saya pribadi, tetapi juga membawa nama madrasah,” ujar Langgeng.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada KONI Sumatera Barat yang terus memberi kepercayaan. “Sudah sembilan tahun saya bergabung di tim kesehatan. Sejak PON Jabar 2016 sampai sekarang, tugas saya mendampingi atlet-atlet terbaik Sumbar agar mereka bisa tampil maksimal.”
Menjadi bagian dari tim kesehatan bukan pekerjaan ringan. Menurut Langgeng, setiap atlet memiliki karakter fisik dan kebutuhan penanganan yang berbeda. “Setiap cedera berbeda, perlakuannya juga berbeda. Kami harus memastikan atlet tidak hanya pulih secara fisik, tetapi juga siap mental untuk bertarung,” jelasnya.
Di balik sorotan medali, ada kerja sunyi yang memastikan seorang atlet bisa tetap berdiri di atas matras, arena, atau gelanggang. Persiapan teknis, fisioterapi, pemulihan cedera, hingga manajemen stres menjadi tugas penting yang ia tangani bersama tim.
Meski aktif di dunia olahraga profesional, Langgeng tetap menempatkan profesi guru sebagai panggilan utama. Ia berharap pengalaman di PON bisa menjadi inspirasi bagi siswa-siswinya di MAN 2 Bukittinggi.
“Prestasi tidak hanya di akademik, tapi juga nonakademik. Dengan saya terlibat di kegiatan nasional ini, saya ingin siswa melihat bahwa mereka juga bisa melangkah lebih jauh jika memiliki semangat,” tuturnya.
Bagi Langgeng, tugas guru bukan sekadar mengajar, tetapi membuka jalan bagi generasi muda untuk berani bermimpi. Ia percaya, kehadiran guru di panggung nasional akan memberi gambaran nyata kepada siswa bahwa kerja keras dan disiplin dapat membuka peluang besar.
Selain menjadi guru dan anggota tim kesehatan PON, Langgeng juga aktif sebagai pengurus PGRI Kota Bukittinggi. Rekan-rekannya menyebut ia sosok yang selalu hadir ketika organisasi membutuhkan. Tidak banyak bicara, tetapi selalu bergerak.
Filosofi “padi tumbuh tak berisik” tampaknya bukan sekadar slogan. Ia membuktikannya melalui ketekunan, dedikasi, dan kontribusi berkelanjutan dalam tiga ranah sekaligus: pendidikan, organisasi guru, dan olahraga profesional.
Ke depan, Langgeng berharap kolaborasi antara sekolah, organisasi guru, dan dunia olahraga dapat semakin kuat. “Saya ingin dunia pendidikan memberi ruang lebih luas untuk potensi nonakademik. Banyak siswa bertalenta yang hanya butuh dukungan dan kepercayaan,” ujarnya.
PON Bela Diri II di Kudus mungkin hanya salah satu panggung. Namun bagi Langgeng Sukma Jaya, setiap kesempatan adalah ladang pengabdian—dan seperti padi yang merunduk, ia terus tumbuh tanpa banyak bunyi, tetapi memberi manfaat bagi banyak orang. (Hengki Refegon).
