My Day, May Day: Menghargai Keringat Para Buruh Untuk Kemajuan Dunia.
Oleh: Hengki Refegon Guru SD Negeri 07 Kubu Gulai Bancah Kabiro BLKNNEWS.COM Wilayah Bukittinggi.
OPINI, blknnews.com - 01/05/2025, 1 Mei diperingati sebagai May Day atau Hari Buruh Internasional. Peringatan tersebut bukan sekadar seremoni saja, akan tetapi May Day merupakan momen penting untuk mengingat kembali betapa besarnya perjuangan para buruh bagi kemajuan Negara Indonesia dan negara-negara lainnya yang ada di Dunia.
Keringat para buruh perlu dihargai oleh setiap anak-anak bangsa, Mereka adalah tangan-tangan kuat di balik berdirinya gedung-gedung pencakar langit, jalannya industri, hingga terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat dan majunya suatu negara.
Namun sejarah panjang perburuhan juga menyisakan kisah ketimpangan dan perjuangan kasta. Sistem ekonomi global sering kali memperlakukan buruh sebagai alat produksi semata. Lantas bagaimana buruh diposisikan dalam berbagai ideologi ekonomi..?
Kapitalisme, Efisiensi dan Kompetisi, Tapi Sering Mengabaikan Keadilan
Dalam sistem kapitalis, buruh dipandang sebagai salah satu faktor produksi yang harus dikelola secara efisien demi mencapai keuntungan maksimal. Kaum kapitalis, atau pemilik modal memandang pekerja (Buruh) sebagai bagian dari biaya operasional. Maka, agar bisnis untung, biaya tenaga kerja sering ditekan.
Walaupun demikian, dalam kapitalisme modern, muncul kesadaran baru akan pentingnya kesejahteraan pekerja. Negara-negara dengan sistem kapitalis yang lebih maju mulai mendorong tanggung jawab perusahaan melalui kebijakan upah minimum, jaminan kesehatan, jaminan sosial, dan program hari tua.
Perusahaan multinasional bahkan berlomba menciptakan lingkungan kerja yang nyaman untuk menarik dan mempertahankan tenaga kerja produktif.
Namun dalam praktiknya, tidak semua buruh menikmati hal tersebut. Di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia, masih banyak buruh yang menerima upah rendah, jam kerja panjang, dan minim perlindungan. Buruh kontrak atau outsourcing sering tidak memiliki jaminan kesehatan atau kepastian masa depan.
Karl Marx: Kritik terhadap Eksploitasi Buruh
Karl Marx menyoroti sisi gelap sistem kapitalis. Baginya, dalam kapitalisme, buruh hanya alat untuk menciptakan nilai lebih bagi pemilik modal. Buruh bekerja menghasilkan barang dan jasa, tetapi hanya mendapat sebagian kecil dari nilai yang mereka hasilkan. Sisanya menjadi keuntungan bagi pemilik modal.
Marx mengusulkan sistem sosialisme, di mana alat produksi dimiliki bersama dan keuntungan dibagi secara adil. Ia memimpikan masyarakat tanpa kelas, di mana buruh tidak lagi menjadi korban eksploitasi.
Islam: Keadilan Sosial dan Penghormatan terhadap Buruh
Islam menempatkan pekerja sebagai manusia yang bermartabat. Buruh harus diperlakukan dengan adil dan upahnya dibayar layak. Rasulullah SAW bersabda:
“Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya mengering.” (HR. Ibnu Majah)
Islam juga mendorong tanggung jawab sosial melalui zakat. Pemilik harta (termasuk pengusaha) diwajibkan mengeluarkan zakat untuk membantu mereka yang membutuhkan, termasuk buruh miskin. Dalam Islam, kesejahteraan bukan semata urusan negara, tapi juga kewajiban moral setiap individu yang mampu.
Menuju Keadilan Sosial
Hari Buruh mengingatkan kita bahwa perjuangan buruh belum selesai. Dalam sistem kapitalis, hak-hak buruh bisa saja terpinggirkan jika tidak ada regulasi yang kuat dan kesadaran moral dari pemilik modal.
Dalam sosialisme, buruh adalah subjek utama pembangunan. Sementara dalam Islam, buruh adalah mitra yang harus dihormati dan dilindungi.
Pemerintah, pengusaha, dan masyarakat harus bersama-sama menjamin bahwa buruh mendapatkan:
• Upah layak, sesuai kebutuhan hidup minimum.
• Jaminan kesehatan melalui program BPJS atau lainnya.
• Jaminan sosial dan hari tua agar mereka tidak hidup sengsara di masa pensiun.
• Lingkungan kerja yang aman dan manusiawi.
• Kesempatan berkembang dan perlindungan hukum.
Selamat Hari Buruh!
Keringatmu adalah pondasi negeri ini, doamu adalah ruh kemajuan bangsa. (**).