Analisis Refleksi Kritis Peringatan Isra’ Mi’raj, Shalat sebagai Pilar Perbaikan Hidup dan Bangsa
Shalat sebagai Pondasi Moral
Shalat, jika dilakukan dengan khusyuk dan benar, berfungsi sebagai tameng diri dari segala bentuk keburukan, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut: 45)
Namun, kenyataan saat ini menunjukkan bahwa banyak umat Islam, termasuk yang memiliki otoritas dan tanggung jawab besar terhadap bangsa, terjebak dalam perilaku korupsi, penyalahgunaan wewenang, dan perusakan moral masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa esensi shalat belum tertanam dalam hati mereka, atau kualitas shalatnya belum mampu mencegah mereka dari perbuatan buruk.
Refleksi untuk Abdi Negara
Sebagaimana Tere Liye sindir dalam Negeri Para Bedebah, banyak pihak yang menggunakan kewenangan untuk memperkaya diri, menindas rakyat, dan melakukan penghisapan terhadap sumber daya negara. Umat Islam yang menjadi bagian dari aparatur negara perlu menyadari bahwa tanggung jawab mereka bukan hanya kepada rakyat, tetapi juga kepada Allah SWT. Dengan shalat yang berkualitas, seorang Muslim akan lebih sadar bahwa setiap tindakan mereka kelak akan dipertanggungjawabkan.
Perbaikan shalat adalah langkah awal untuk membersihkan hati dari sifat tamak, iri, dan dengki, yang sering menjadi akar dari tindakan korup dan merusak. Ketika seorang abdi negara memaknai shalat sebagai bentuk dialog dengan Allah, mereka akan terdorong untuk menjaga integritas, berlaku adil, dan menghindari penyalahgunaan amanah.
Kesadaran Kolektif Melalui Isra’ Mi’raj
Peringatan Isra’ dan Mi’raj seharusnya menjadi momentum untuk menyadarkan semua pihak—dari rakyat biasa hingga pemimpin bangsa—akan pentingnya membangun kehidupan yang lebih baik melalui perbaikan shalat. Keteladanan dalam menjaga shalat dapat menjadi pintu untuk membangun bangsa yang berakhlak mulia.
Umat Islam, khususnya yang terlibat dalam urusan kenegaraan, perlu memahami bahwa tanggung jawab mereka adalah ibadah. Ketika mereka menyalahgunakan amanah, bukan hanya rakyat yang dirugikan, tetapi juga harga diri Islam yang ternodai. Maka, perbaikan kualitas shalat menjadi kunci dalam membangun integritas individu dan bangsa.
Dengan menjadikan shalat sebagai kompas moral, umat Islam dapat bangkit dari keterpurukan moral dan sosial, serta membuktikan bahwa Islam adalah agama rahmatan lil alamin yang mampu membawa keadilan, kesejahteraan, dan kemaslahatan bagi semua. Peringatan Isra’ dan Mi’raj ini adalah panggilan untuk kembali memaknai shalat sebagai pilar perubahan menuju kehidupan yang lebih baik. (Hengki Refegon).